Jefri Al-Buchori, Ustadz dan Penceramah
Bertobat Total Setelah Allah Menayangkan Semua Perbuatan Maksiatnya di Mekkah
Tidak akan ada yang menyangka kalau Ustadz Jefri Al-Buchori di masa mudanya adalah seorang junky
atau pemakai obat-obatan terlarang. Mungkin juga, tak banyak orang yang
menduga bahwa penceramah tampan ini dulunya kerap melakukan perbuatan
maksiat. Tapi kini Jefri adalah seorang ustadz yang getol memberikan
dakwah. Bagaimana sebetulnya perjalanan seorang Ustadz Jefri hingga
mendapatkan titik balik dalam hidupnya untuk bertobat total dari semua
perbuatan maksiatnya di masa lalu, termasuk meninggalkan Narkoba?
Sabtu (24/3) siang lalu, cuaca Jakarta terasa panas. Hal ini wajar,
sebab musim kemarau telah menjelang. Meski cuaca terasa panas, ketika Realita
hendak bertemu Uje, panggilan akrab Ustadz Jefri di daerah Cibubur,
cuaca justru lebih sejuk. Terlebih lagi, setelah berada di tempat
syuting ceramah Ustadz Jefri. Suasana yang sejuk makin terasa teduh
setelah mendengarkan ceramah Ustadz Jefri yang kala itu terdengar cukup
keras. Puluhan jemaah yang sebagian besar mengenakan pakaian berwarna
putih tampak serius mendengarkan ceramah Ustadz Jefri. Sesekali
terdengar gelak tawa dari para jemaah yang kebanyakan ibu-ibu itu
setelah mendengar lelucon yang terlontar dari depan mimbar. Jefri memang
tengah memberikan ceramah kepada puluhan jemaah untuk disiarkan di
salah satu televisi swasta tanah air.
Setelah menuntaskan ceramahnya selama hampir dua jam, Jefri masih
terlihat gembira meski sudah berjam-jam memberikan dakwah kepada para
jemaah, Ia tidak terlihat lelah setelah ceramah. Jefri masih
memperlihatkan senyumnya kepada para jemaah yang akan meninggalkan
tempat. Ketika Realita
berusaha untuk menghampirinya, Jefri masih saja tampak ramah menyambut
kedatangan wartawan. Ia juga mempersilahkan wartawan untuk duduk dan
langsung bercengkerama. Meski
sempat terhenti ngobrol
karena kedua anaknya menghampiri Jefri, obrolan akhirnya berlanjut
kembali. Dari percakapan di waktu sore itulah, Jefri bersedia mengulas
mengenai perjalanan hidup dan karirnya hingga ia mendapatkan kesuksesan
sebagai penceramah seperti sekarang ini.

Terjerat Narkoba. Jefri
kini ternyata bukanlah Jefri yang dulu. Di masa mudanya, Jefri hanyalah
seorang pemuda yang banyak melakukan perbuatan maksiat. Meski sempat
mengenyam pendidikan di pesantren, itu bukan jaminan untuk membuat
kepribadian dan sikap Jefri menjadi lebih baik. Pendidikan agama yang
kuat dari orang tua menjadi asupannya sehari-hari. Pada usia sembilan
tahun, Jefri sudah dapat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Didikan
orang tuanya memang sangat kental dalam membentuk kepribadian seorang
Jefri.
Namun
sebaliknya, selepas pendidikan di pesantren, Jefri malah menemukan
kebebasannya sebagai anak muda yang selalu ingin mencoba hal-hal baru.
Pada saat itulah, Jefri masuk ke dalam dunia kelam, dunia yang dipenuhi
dengan perbuatan-perbuatan dosa. Selama bertahun-tahun, Jefri bergaul
dengan berbagai macam obat-obatan terlarang. Tidak ada lagi benteng
agama yang didapatnya dari pesantren. Yang ada hanyalah keinginan untuk
mencoba sesuatu yang baru dan menggoda. Ditambah lagi perasaan frustasi
yang ia rasakan dalam hidupnya. Semuanya bercampuraduk menjadi satu dan
menjelma sebagai motivasi bagi dirinya untuk lebih terjerambab di dunia
yang kelam.
Awal mula Jefri masuk ke dalam jeratan Narkoba saat ia terjun di dunia entertainment.
Kala itu, Jefri diperkenalkan dengan dunia artis di mana segala macam
godaan berseliweran. Dari situlah, Jefri mengenal benda haram yang
disebut Narkoba itu. Sekitar tahun 1991, Jefri memang mulai ikut
terlibat di dalam dunia entertainment.
Dari dunia itu pula, ia mampu meraih lembaran-lembaran uang dengan
mudahnya. Kondisi ini mengakibatkan pribadi Jefri semakin tertantang
untuk mencoba hal-hal baru. “Namanya juga masih muda,” ujar Jefri
sembari tersenyum.
“Saya
pakai Narkoba karena saya ingin mati akibat frustasi dalam hidup,”
imbuhnya. Gaya hidup Jefri yang dulunya hanya berkutat di dalam
pesantren, setelah terjun di dunia entertainment,
berubah 180 derajat. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di diskotek dan
bar. Minuman-minuman beralkohol pun telah diakrabinya selama beberapa
tahun. Seiring berjalannya waktu, Jefri semakin terpuruk dengan kondisi
tersebut. Ia semakin sulit untuk lepas dari dunia yang kelam itu.
Uang bayaran dari hasil menjadi penari latar dan fashion show
kala itu, kerap digunakan untuk membeli Narkoba. Tak heran, uangnya tak
pernah tersisa. Jefri juga pernah mencicipi dunia akting dengan turut
berperan di beberapa sinetron. Di antaranya adalah Sayap-sayap Patah, Opera Tiga zaman, dan Kerinduan.
Terjunnya Jefri di dunia akting ternyata tidak serta merta disetujui
oleh kedua orangtuanya, H. Ismail dan Hj. Tatu Mulyana. Kedua orang
tuanya yang memiliki latar belakang agama yang kuat membuat Jefri
terhambat dalam menekuni karirnya. Pasalnya, kehidupan artis yang tak
bisa lepas dari dunia malam membuat kedua orang tuanya tidak
menyetujuinya.
Dari waktu ke waktu, Jefri semakin tenggelam dengan obat-obatan
terlarang yang dikonsumsinya. Ia semakin frustasi, akibatnya ia makin
gemar mengkonsumsi shabu-shabu. Dari dalam dirinya pun sudah tak ada
lagi kemauan untuk berubah dan kembali ke jalan yang benar. Namun,
ketika sang ayah meninggal pada tahun 1992, Jefri semakin terpuruk dalam
dunia Narkoba. Ia merasa sudah tak bisa lepas lagi dari jeratan
obat-obatan terlarang.
Kehidupannya
pun semakin tidak terkendali dan berantakan, termasuk studinya di salah
satu universitas swasta di Jakarta. Konsekuensinya, ia harus menyandang
predikat drop out
(DO) dari kampusnya. Ia kemudian dikeluarkan oleh pihak kampus, karena
tidak pernah membayar uang kuliah. Uang dari orang tua yang seharusnya
digunakan untuk biaya kuliah, sudah ia gunakan semuanya untuk membeli
serbuk haram tersebut.
Ketergantungannya pada Narkoba mengakibatkan ia beberapa kali mengalami
over dosis (OD) meski tidak sampai berakibat fatal. Dunia Jefri semakin
gelap seakan-akan tak ada lagi harapan. Tidak ada lagi cita-cita yang
mungkin bisa tercapai. Yang ada hanyalah kehancuran yang semakin lama
makin jauh terperosok.
Mendapatkan Titik Balik. Ternyata
Jefri tidak terus menerus terkekang dalam dunia Narkoba. Jefri percaya
ia telah diberikan suatu hidayah agar mampu berubah dan kembali ke jalan
yang benar. Perubahan itulah yang kini mengubah nasib Jefri yang
sebelumnya hitam kelam. Perubahan itu pula yang menjadikan Jefri sebagai
ustadz muda yang kerap wira-wiri di layar televisi.
Namun,
yang terpenting dari segalanya, Jefri mampu mengubah jalan hidupnya
yang sempat berbelok dari jalur yang seharusnya ia jalani. Jefri baru
merasakan mendapat hidyah setelah ia sempat mengalami kejadian-kejadian
yang sulit untuk dijelaskan secara logika. “Saya sempat bermimpi yang
aneh,” ujar Jefri. Di dalam mimpinya tersebut, Jefri melihat jenazahnya
sedang disiksa oleh malaikat
akibat
dari segala macam perbuatan maksiat yang telah ia perbuat. Tak hanya
itu, ia juga sempat melihat banyak kehancuran di dunia ini setelah
kiamat datang. Di dalam mimpinya, ia juga diperlihatkan banyak cahaya
putih. Sementara Jefri berjalan di tengah-tengah kuburan.

“Terasa
banget kok saat disiksa,” imbuhnya. Selain itu, motivasi dari keluarga,
menjadi latar belakang Jefri untuk berubah. Salah satu orang yang
paling berjasa dalam proses perubahan hidupnya itu tidak lain adalah
ibunya, Hj. Tatu Mulyana. Sebagai seorang ustadzah, Tatu tak pernah
berhenti untuk memberikan nasihat kepada anak lelakinya itu. Namun,
seperti yang diakui Jefri, perubahan tidak akan pernah terjadi tanpa
adanya kemauan yang timbul dari dalam dirinya.
Selama bertahun-tahun Jefri bergelut dengan dunia kelam, Jefri
merasakan adanya kelelahan di dalam dirinya. “Saya sudah lelah hidup di
dunia seperti itu,” ujar pria kelahiran Jakarta, 12 April 1973.
Diakuinya pula, ia memang bertekad untuk berhenti dari dunia yang
menghancukan kehidupannya tersebut dan berusaha untuk kembali ke jalur
yang benar. “Ibaratnya seorang bayi yang tidak selalu akan menjadi
bayi,” ujarnya sedikit berfilsafat.
Berkat
keinginan yang kuat yang hadir di dalam dirinya tersebut, Jefri lambat
laun mampu keluar dari lingkaran setan. “Saya ibarat segelas air
ditambah terus airnya hingga tumpah. Itulah perbuatan maksiat yang sudah
saya lakukan,” ujar Jefri. Sehingga kala itu Jefri sudah tidak kuat
lagi untuk tetap melakukan perbuatan maksiat. Perlahan-lahan, ia kembali
sadar akan artinya hidup yang dijalaninya. Keputusan pun telah
diambilnya. Ia akan melakukan taubat sebelum kejadian di dalam mimpinya
tidak terjadi di kehidupan nyata.
Sebagai salah satu langkah untuk membersihkan diri dari segala dosa, ia
memutuskan untuk pergi umrah ke tanah suci. Di Mekkah itulah, ia
mencurahkan segala isi hatinya tentang perbuatan-perbuatan dosa yang
pernah ia lakukan. Di tanah suci, Jefri tak segan-segan menangis sembari
menyesali segala perbuatan yang ia telah lakukan selama masa mudanya.
“Setelah menangis, saya merasa lega,” kenang pria yang pernah berlatih
tari bersama Adtya Gumay, seorang penata koreografi ini. Di tanah suci
itu pula, ia mengalami suatu kejadian yang membuatnya bertaubat atas
segala perbuatan yang telah ia perbuat.
Kini, perubahan dalam dirinya telah menampakkan hasil. Jefri telah
lahir kembali menjadi manusia yang lebih bermakna. Dengan
ceramah-ceramahnya yang menarik, Jefri semakin laris manis muncul di
layar kaca. Tak hanya itu, ia juga disibukkan dengan jadwal ceramah yang
tak pernah berhenti. Jefri menjadi penyebar agama padahal sebelumnya ia
justru menjadi perusak agama. Dengan masa lalunya yang kelam, ia kini
mendapatkan pelajaran yang berharga, pelajaran yang menjadikan dirinya
sendiri sebagai sosok pejuang agama.
Membangun Keluarga. Seiring
dengan perjalanan karirnya yang cukup sukses, kehidupan keluarganya pun
semakin membaik dan harmonis. Memiliki istri yang anggun dan menawan,
adalah salah satunya. Bahkan Pipik selalu menemani Jefri semenjak Jefri
masih terlibat obat-obatan terlarang. Pernikahannya yang sudah belasan
tahun telah menghadirkan manusia-manusia baru di dalam hidupnya. Dari
penikahannya
dengan Pipik, Jefri memperoleh dua orang anak. Adiba Khanza Az-Zafira
(7) dan Abidzas Al Ghifari (6). Keduanya selalu mengisi hari-hari Jefri
bersama keluarga. Dari keduanya pula, Jefri menemukan perannya sebagai
seorang ayah.

Meski disibukkan dengan kegiatan dakwah dan syuting beberapa acara
televisi, Jefri masih masih meluangkan waktu bersama keluarga. Untuk
kedua anaknya tersebut, Jefri lebih banyak membebaskan keinginan mereka.
Ia juga memiliki jurus ampuh untuk mendidik anak. “Anak-anak itu selalu
mengikuti apa yang dicontohnya,” ujar Jefri yang beberapa waktu lalu
meluncurkan situs Ujecentre ini.
Dengan
begitu, Jefri hanya berusaha untuk memberikan contoh baik di depan
kedua anaknya tersebut. Soal cita-cita kedua anaknya, ia telah
dibebaskan sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing. Tidak ada
waktu pasti yang sengaja ia luangkan bersama istri dan kedua anaknya.
Meski begitu, ia masih dapat meluangkan waktu bagi kedua buah hatinya
itu. Salah satunya adalah dengan bermain bersama.
“Tempat
bermain favorit adalah di Timezone,” ujar Pipik, istri Jefri. Di dalam
rumah, Jefri bahkan menyempatkan diri untuk dapat bermain playstation
bersama kedua anaknya itu. Bermain futsal juga menjadi salah satu acara
favorit keluarga. Jefri memang lebih dikenal dengan keluarganya yang
harmonis. Kini, Jefri telah banyak berubah sebagai akibat dari masa
lalunya yang dijadikan sebagai masa pembelajaran. “Saya tidak pernah
menempatkan masa lalu saya sebagai kesalahan tepi sebagai masa
pembelajaran,” ungkap Jefri dengan mantapnya. Fajar
Side Bar 1………
Menyatakan Tobat dengan Membenturkan Kepala di Ka’bah
Jefri
memang mengakui bahwa banyak perbuatan maksiat telah ia akrabi sejak ia
menginjak masa muda. Namun, ia dapat berubah dan bertaubat atas segala
perbuatannya di masa lampau setelah ia diberikan hidayah untuk berubah.
“Saya
sudah
lelah dengan perbuatan maksiat,” ungkap Jefri. Berkat hidayah itulah,
Ia mampu membangkitkan keinginannya untuk berubah menjadi orang baik.

Salah satu hidayah yang pernah dialaminya adalah ketika ia menjalani
umrah di Tanah Suci. “Waktu itu, saya mengunjungi makam Rasulullah,”
kenang Jefri. Pada saat mengunjungi makam Rasulullah itulah, Jefri
merasakan ada sesuatu yang menarik lehernya. “Saya ditarik kayak
magnet,” tambahnya. Tiba-tiba, Jefri melihat semua perbuatan yang pernah
ia lakukan di masa lampau. Perbuatan-perbuatan dosa itu secara gamblang
diperlihatkan kepada dirinya. Tak ayal, Jefri merasakan penyesalan yang
begitu dalam. Air mata pun jatuh deras tiada henti bersama penyesalan
yang keluar dari dalam dirinya. Baginya, kejadian tersebut menjadi suatu
hidayah bagi dirinya agar dapat berubah dan tidak mengulangi perbuatan
dosa berikutnya.
Tak hanya itu, rasa penyesalan Jefri juga diungkapkannya di depan
Ka’bah. Di depan rumah Allah itulah, Jefri membentur-benturkan kepalanya
ke dinding Ka’bah. Di tempat suci itu pula, ia berjanji untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama. “Saya membentur-benturkan kepala ke
dinding Ka’bah berkali-kali,” ujar Jefri. Di depan Kabah pula, ia
meminta kepada Allah. “Ya Allah, kalau saya bermanfaat untuk agama ini,
sembuhkan saya. Tapi kalau sepulang dari sini, saya berbuat maksiat
lagi, saya hanya minta matikan saya saja,” pintanya.
Permintaan
itu diakui Jefri memang pada dasarnya tidak diperbolehkan. Namun, ia
tidak memiliki pilihan. “Kalau bicara kapan saya harus mati, banyak
waktu saya akan mati,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Rasa penyesalan
memang tak pernah berhenti begitu saja. Berkat pergi umrah tersebut,
Jefri mengubah sisi buruknya menjadi sisi yang kini menjadi unggulannya.
Ia kini menjadi penyebar dakwah yang merupakan perbuatan mulia di
hadapan Tuhan. Fajar
Side Bar 2……
Berencana Mendirikan Pesantren untuk Anak Yatim
Ada
salah satu rencana mulia yang ingin direalisasikan Jefri. Rencana
tersebut merupakan rencana yang bersakala besar. “Saya sedang membangun
pesantren,” ungkap Jefri singkat. Dengan sukses yang dapat diraihnya
saat ini, mungkin banyak yang menduga bahwa pundi-pundi uang tentu saja
menghampiri dirinya. Terlebih lagi, Jefri tidak hanya berperan sebagai
penceramah saja, ia juga menekuni karir lain sebagai penyanyi dan
bintang iklan.
Ternyata pundi-pundi uang yang dikumpulkannya tidak melulu untuk
kebutuhan pribadinya saja, melainkan untuk kepentingan bersama. Salah
satunya adalah dengan membangun pesantren di daerah Cikeas, Bogor.
Pesantren tersebut rencananya untuk anak-anak kurang mampu dan yatim
piatu. Meski begitu, seperti diakui Jefri, ada sisi komersial yang akan
dijual melalui pesantren ini. Dengan begitu, dana yang didapat dari sisi
komersil tersebut dapat digunakan untuk membiayai keperluan anak-anak
kurang mampu yang masuk pesantren. Pasalnya, anak-anak kurang mampu dan
yatim piatu tidak akan dipungut biaya dalam menjalani kegiatan belajar
di pesantren. “Target kita memang bagaimana mencerdaskan anak-anak
bangsa,” ungkap Jefri.
Sekarang ini, pembangunanya belum dilakukan. Rencananya bulan Mei atau
Juni mendatang. Peletakan batu pertama akan dilakukan oleh Jefri
sendiri. “Lahannya baru saja dipatok-patok,” aku Jefri. Tanah seluas
puluhan hektar tersebut akan dibangun pesantren cukup besar. Jefri juga
mengaku bahwa ia tengah mengumpulkan biaya untuk mendirikan pesantren
yang terletak di Cikeas, Bogor ini. Nama yang akan dipakai untuk
pesantren itu pun belum ditentukan dengan pasti.
“Saya
masih bingung menentukan nama pesantrennya,” ujar Jefri. Meski begitu,
ada beberapa nama pesantren yang kemungkinan besar akan dipertimbangkan
untuk dipakai. Seperti Pusat Tarbiyah Ma’arij atau Uje Centre. Jefri
berharap pembangunannya dapat segera dimulai agar peresmiannya juga
dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu waktu lama. Selain akan
membangun pesantren, Jefri juga kini tengah merencanakan suatu program
dalam rangka membantu orang kurang mampu.
“Kita
sedang mencari orang-orang cacat untuk diberdayakan,” aku Jefri. Saat
ini, baru dua orang cacat yang bergabung dengan program Jefri. Salah
satu orang cacat yang telah bergabung, diberdayakan untuk membuat rumah
boneka barbie yang nantinya akan dijual ke pasar. Rencananya, Jefri akan
mencari sekitar 30 orang cacat untuk mengikuti program tersebut. Fajar
Side Bar 3…..
Pipik Dian Irawati, Istri Ustadz Jefri Al Buchori
Setia Dampingi Jefri dalam Suka dan Duka
Sosoknya
yang anggun dan menawan selalu berada di samping Jefri. Kerudung yang
dipakainya pun menambah citra wanita muslimah sejati. Senyumnya khas
selalu tersungging dari bibirnya ketika menemani sang suami. Adalah
Pipik, istri Jefri yang selalu menemaninya ke mana pun Jefri berada.
Bahkan ketika Jefri masih bergelut
dengan dunia hitam Narkoba, Pipik selalu menjadi sosok wanita penyemangat agar Jefri kembali ke jalan yang benar.

Cintanya yang besar, mendorong Pipik untuk selalu berada di samping
Jefri. Ketika masih pacaran dan mengetahui bahwa Jefri seorang pecandu
Narkoba, Pipik tetap setia mendampinginya. Bahkan pada tahun 1999, Pipik
memantapkan diri untuk menikah dengan Jefri. Hanya dengan bermodalkan
honor iklan yang diterima Pipik, mereka nekat melangsungkan pernikahan.
Pipik beralasan, dengan jalan itulah, Pipik bisa membantu dan
mengarahkan Jefri kembali ke jalan yang benar meski ia sadar harus
melalui berbagai hambatan. Salah satunya adalah ketika malam pertama
mereka yang hanya diwarnai dengan tingkah laku Jefri yang aneh. Mererka
pun melwati malam pertama bersama Narkoba.
Waktu pun berjalan, akhirnya Jefri mendapatkan hidayah untuk bertaubat
dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya. Jefri pun
berusaha untuk mencari pekerjaan. Setelah umrah, Jefri mulai memberikan
ceramah-ceramahnya di Masjid. Dari honor ceramahnya itulah, Jefri
kemudian kembali merangkai puing-puing kehidupannya yang sempat
berantakan. Kini, pasangan Jefri dan Pipik memang dikenal sebagai
keluarga yang harmonis. Kedua anaknya menjadi kebahagiaan tersendiri
bagi Jefri. “Anak-anak boleh menjadi siapa saja, asalkan tetap menjadi
santri,” ujar Jefri penuh harap.
Di mata Pipik, Jefri merupakan suami yang pantas menjadi panutan.
“Sosok yang menyenangkan, bisa menjadi teman dan suami di dalam
keluarga,” ungkap Pipik yang tengaah hamil tujuh bulan ini. Jefri juga
dikenalnya sebagai suami yang disiplin dalam hal agama. “Dia selalu
berusaha untuk shalat berjamaah,” tambahnya. Pipik memang sudah jatuh
hati pada Jefri sejak petemuan pertama. Karena pribadinya yang mudah
bergaul, Pipik langsung merasakan getaran cinta pada Jefri.
q pengen punya suami yang sosok'y kaya uje......
BalasHapusasikkkk
BalasHapus